LA PATAU (LELAKI TAK MENGENAL TAKUT)
oleh Jamal Passalowongi
Raja La Maddusila memiliki
beberapa putra dan putri. Namun, salah seorang putranya bernama La Patau,
menunjukkan sifat yang berbeda dari semua saudaranya yang lain. Konon ketika
lahir, La Patau tidak pernah menangis, dan yang paling aneh adalah gemuruh
halilintar dan hujan lebat mengiringi kelahirannya. Begitu ia lahir, maka guntur,
kilat yang sambung-menyambung tadi berhenti dengan sendirinya. Semua penghuni
Istana termasuk raja bersujud syukur kepada Tuhan atas anugerah seorang lelaki
putra mahkota.
Raja kemudian mengajak
seluruh rakyatnya bersyukur dengan menggelar pesta adat. Pada pesta adat itu
dipertontonkanlah berbagai lomba, mulai dari parraga, sere api, majjeka, mallogo, maggasing, sampai massaung manu. Seluruh masyarakat
bersuka cita atas kelahiran sang putra mahkota. Pesta itu dilakukan selama
beberapa hari.
La Patau tumbuh menjadi
anak yang bena-benar seperti namanya tidak mengenal rasa takut, salah satu peristiwa
yang menjadikannya gelar lelaki tanpa kenal takut adalah kisahnya ketika
berburu rusa di hutan Pujananting, satu daerah yang berada di sebelah timur Tanete,
dan dikenal sangat lebat dan angker.
Suatu ketika dalam
acara madenggeng (berburu) di daerah Pujananting,
Raja membawa La Patau yang masih berumur 12 tahun. Karena dianggap masih kecil
La Patau di kawal oleh lima punggawa yang bersenjatakan kawali dan tombak. Perburuan berlangsung dengan sengitnya, jonga atau rusa yang diburu raja berlari sangat kencang masuk ke dalam hutan,
seluruh pengawal raja memacu kuda dengan cepat mengikut raja mengejar buruannya,
dan akhirnya La Patau beserta pengawalnya tertinggal jauh di belakang.
Merekapun berselisih
jalan, mereka mencoba mengikuti tetapi akhirnya tertinggal dan tersesat. Di
tengah hutan itu La Patau bersama lima pengawalnya berusaha mencari jalan ke luar.
Di tengah upaya itu, tiba-tiba dari arah pepohonan yang lebat muncul seekor
babi hutan yang sangat besar, tampaknya babi hutan ini marah atas gangguan
manusia yang memasuki areanya. Semua kaget, pengawal segera bersiap melindungi
pangeran kecil La Patau, ini pertarungan hidup mati, karena babi besar seperti
ini sangat sulit untuk di usir apalagi dikalahkan.
Perkelahianpun tak
terelakkan, para punggawa pengawal La Patau dengan gagah berani menusukkan
tombak dan kawali ke babi hutan itu,
tetapi babi hutan itu dengan gesit menyeruduk para punggawa itu satu persatu.
Karena terdesak salah seorang pengawal meminta agar La Patau bersembunyi di
atas pohon tinggi.
Tetapi para pengawal tidak melihat ekspresi anak kecil
berumur 12 tahun itu, tidak ada rasa takut pada raut mukanya, Ia malah
mengambil tombak pengawalnya dan mulai berlari menyerang babi hutan bersama dua
punggawa pengawal yang tersisa. Sunguh hebat anak kecil itu tanpa takut
melompati babi besar dan menombak matanya. Babi hutan itupun akhirnya jatuh
tersungkur dengan tombak yang menancap pada matanya. Sungguh sebuah peristiwa
yang tidak disangka-sangka oleh pengawalnya.
Mendengar La Patau dan
pengawalnya tertinggal, raja segera memutar haluan, semua pengawal kembali ke arah
yang sama di mana mereka datang, setelah lama mencari akhirnya mereka menemukan
La Patau dan dua orang pengawal yang tersisa serta bangkai babi besar di
dekatnya. Raja datang memeluk putra mahkota. Para pengawal bercerita tentang La
Patau yang dengan tangannya sendiri membunuh babi hutan yang besarnya lima kali
ukuran badan La Patau.
Malam itu seluruh rakyat datang mendengarkan kisah heorik La Patau, yakinlah mereka bahwa La Patau bukan anak biasa, tetapi memang ditakdirkan Tuhan untuk menjadi raja yang hebat di masa yang akan datang
0 Response to "LA PATAU (LELAKI TAK MENGENAL TAKUT)"
Posting Komentar