PAPAN BICARA PAPPASENG TO RIOLO DALAM MENINGKATKAN KARAKTER PESERTA DIDIK
Penguatan karakter bangsa telah menjadi salah satu fokus utama pendidikan saat ini. Mengacu pada beberapa undang-undang, dan permendiknas telah memberikan ruang yang luas pada pelaksanaan pendidikan karakter bangsa di setiap sekolah. Tentu saja upaya keras ini dilatarbelakangi oleh pergeseran karakter bangsa Indonesia yang telah dianggap meninggalkan budaya dan karakter asli bangsa Indonesia itu sendiri. Penumbuhan karakter lewat dunia pedidikan memiliki harapan besar, bahwa ketika rumah sebagai dasar pembentukan karakter tidak mampu melakukannya.
Di sekolah pendidikan
karakter dijadikan unsur utama yang dapat dilengketkan pada seluruh aktivitas
kehidupan di sekolah, dari kegiatan rutin seperti senyum, sapa, dan salam juga
sampai pada proses pembelajaran dengan ruh pendidikan karakter di dalamnya.
Begitu seriusnya pemerintah ingin membumikan pendidikan karakter lewat sekolah
sampai pada perubahan kurikulum dan sistem persekolahan. Kegigihan ini tentu
saja harus diberikan dua jempol, namun masih menunggu proses tahunan untuk
melihat hasil pendidikan karakter saat ini, mungkin 20 sampai 25 tahun ke
depan.
Karakter bangsa yang
dibangun dalam pendidikan karakter, sebenarnya sudah terinternalisasi dalam
lingkaran budaya-budaya lokal yang disaring dan melahirkan 18 karakter mulia
sebagai dasar dari penciptaan generasi yang akan datang. Di sekolah konteks
pembangunan karakter terkadang melupakan model-model pembangun karakter yang
berasal dari budaya lokal (kearifan lokal). padahal seharusnya bagian ini tidak
terpisahkan dari pengembangan pendidikan karakter di sekolah.
Salah satu contoh
pengembangan kearifan lokal di sekolah misalnya memberikan pemahaman pada peserta
didik bahwa kearifan lokal (local wisdom)
dapat menjadi sumber pendidikan karakter bangsa. Membiasakan mengenal kearifan
lokal baik dari bahasa, dan perilaku keseharian merupakan produk dari kearifan
lokal yang semestinya diketahui dan diamalkan dalam kehidupan.
Contoh konkret dalam
masalah ini adalah penggunaan papan bicara di sekolah yang tidak memadukan
kearifan lokal di dalamnya. Papan-papan bicara dimaksudkan sebagai media
komunikasi noverbal kepada peserta didik, yang berisi pesan-pesa penting dengan
makna-makna tertentu di dalamnya. di daerah Bugis–Makassar pesan-pesan bermakna
disebut dengan pappaseng to riolo
(pesan orang terdahulu) pesan-pesan ini sudah terbukukan dalam lontara-lontara
Bugis –makassar, dan juga secara verbal ditemukan dalam masyarakat secara turun
temurun.
Papan bicara biasanya
berisi pesan dengan makna-makna tertentu yang diharapkan dapat menjadi panduan
motivasi bagi peserta didik dan biasanya ditulis dengan menggunakan bahasa
Inggris dan bahasa Indonesia. Sangat jarang ditemukan papan bicara yang
berbahasa daerah khususnya dalam tulisan ini, penulis mengankat realitas sekolah
di daerah Bugis kabupaen Barru. Secara kasat mata pesan dalam papan bicara
memiliki dampak komunikasi pada peserta didik. pesan tersebut dapat melekat
dalam ingatan peserta didik serta menjadi acuan dalam pelaksanaan kehidupan
sehari-hari.
Tentu saja dengan
mengganti papan bicara dengan pappaseng
to riolo dengan sendirinya akan memberikan dua poin manfaat penting dalam
perkembangan pendidikan karakter di sekolah. yang pertama adalah penguatan
kearifan lokal pada peserta didik yang akan dijadikan sebagai acuan pada
pengalaman sehari-hari, yang kedua peserta didik dengan sendirinya memelihara
budaya lokal dengan mengetahui budaya dan bahasa daerahnya sendiri.
Papan bicara merupakan
istilah yang entah muncul sejak kapan, penulis menduga papan bicara awalnya
merupakan bentuk lain dari papan reklame yang dipasang pada sudut-sudut jalan untuk
meng-iklan-kan sesuatu. Papan bicara dibuat sederhana dan memberikan pesan yang
sesuai dengan ide atau gagasan yang akan disampaikan. Di sekolah papan bicara
dapat dijumpai di mana saja, masuk sekolah tergantung papan bicara “Selamat
Datang Jadilah Anak Hebat” di kebun sekolah tergantung papan bicara “Aku
Tanaman Sendi Kehidupan” atau di lorong-lorong dan di ruangan kelas “Kebersihan
adalah Sebagian dari Iman” “ gapailah cita-citamu setinggi bintang” “No Drugs” “Narkoba=Mati” “Merokok adalah
Bunuh Diri” dan lain-lain. Semua papan bicara ini memiliki pesan moral yang
disampaikan secara langsung pada pembacanya. Sekarang ini papan bicara dapat
ditemukan dengan berbagai variasi dan model serta ukuran-ukuran berbeda.
Namun jarang ditemukan
papan bicara dengan kearifan lokal di dalamnya. khususnya di daerah Bugis
terdapat pappaseng to riolo yang
berasal dari budaya Bugis yang dapat ditemukan dalam lontara dan dibicarakan
dalam masysrakt.
Pappaseng berasal dari kata paseng yang dapat berarti pesan(an)
(Said,1977:151); berisi nasihat bahkan merupakan wasiat yang harus diketahui
dan dikenal. Mattalitti
(1986:6) mengemukakan bahwa pappaseng berisikan petunjuk-petunjuk dan
nasihat dari nenek moyang orang Bugis pada zaman dahulu untuk anak cucunya agar
menjalani hidup dengan baik.
Dengan demikian, pappaseng adalah pesan orang tua-tua
dahulu yang berisi petunjuk, nasihat, dan amanat yang harus dilaksanakan agar
dapat menjalani hidup dengan baik.
Pappaseng sebagai sebagai falasafah hidup masyarakat Bugis di
Sulawesi Selatan merupakan suatu bentuk ungkapan yang mencerminkan nilai budaya
yang bermanfaat bagi kehidupan. Di dalam sebuah pappaseng terkandung
suatu ide yang besar, buah pikiran yang luhur, pengal;aman jiwa yang berharga,
dan pertimbangan-pertimbangan yang luhur tentang sifat-sifat yang baik dan
buruk. Nilai-nilai luhur dalam sebuah pappaseng dikemas dengan baik dalam
sebuah konsep dengan makna yang bersifat abstrak sehingga untuk memahami makna
itu memerlukan pendekatan-pendekatan tertentu, karena tidak menutup
kemungkinan pula bahwa makna di balik pappaseng
itu bersifat situasional beberapa contoh pappaseng misalnya:
Tinuluq kuala tonra
Pata kuala guling
Pésona sompekku
Terjemahan:
Rajin
kujadikan pegangan
Teliti
kujadikan kemudi
Tawakkal layarku
Mattuo ri teppeqmu
Ajak muwélimpéling
Ri kasiwiammu
Terjemahan:
Pelihara imanmu
Janganlah engkau lengah
Terhadap
amal ibadahmu
Ajak mumaéloq natunai sekkeq
patunai enrenngé labo paqburuq
Terjemahan:
“Janganlah hendaknya mau dihina oleh pelit yang menghinakan
dan boros yang menghancurkan
Tudanngaq ri pésonaku
Sanréqkaq ri totoku
Kutajeng pammasé
Terjemahan:
Kududuk bertawakkal
Bersandar pada nasib
Kunantikan
berka
Demikianlah pappaseng yang bila dikaji lebih dalam
akan memunculkan filosofi denga nilai karakter di dalamnya. Nilai karakter
inilah yang diharapkan dipedomani oleh peserta didik, dan karena tampilannya
dalam bentuk papan bicara di sekolah, maka peserta didik akan mudah melihat,
dan meresapi makna-makan dalam pappaseng
to riolo tersebut.
0 Response to "PAPAN BICARA PAPPASENG TO RIOLO DALAM MENINGKATKAN KARAKTER PESERTA DIDIK"
Posting Komentar